Manusia dapat dihancurkan
Manusia dapat dimatikan
akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan
selama manusia itu setia pada hatinya
atau ber-SH pada dirinya sendiri
Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang
tetap bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi
yang berpangkal pada “persaudaraan” yang kekal dan abadi.
Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun
1890. Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi
Soerodiwiryo, terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil
menguasai hampir seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang
predikat pendekar tingkat III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu
terjadi di desa Winongo saat bangsa Belanda mencengkeramkan kuku
jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan
luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk
kebaikan sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi
jalan yang dirintis ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu
berkelok penuh dengan aral rintangan. Terlebih saat itu jaman
penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri terpaksa harus magang menjadi
guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai beliau menamatkan
bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar beralih profesi
sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat ini –
red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap
Negara Belanda – karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda
-, Ki Hadjar keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun.
Empat bulan berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat
menjadi Ajund Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.
Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya.
Menginjak tahun 1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula
Rejo Agung Madiun. Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara
waktu. Tahun 1917 ia keluar lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga
beliau bertemu dengan seorang tetua dari Tuban yang kemudian memberi
pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki
Hadjar berhasil mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” semacam perkumpulan
koperasi guna melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama
kemudian ketika VSTP (Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib
membawanya ke arah keberuntungan dan beliau diangkat menjadi Hoof
Komisaris Madiun.
Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah
membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau
belum mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu
yang dimiliki, Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki
Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam
tahun-tahun inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti
nama dari sebuah perkumpulan silat yang semula bernama “Djojo Gendilo
Cipto Mulyo”.
Masuk Sarikat Islam.
Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan
beliau bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir
negara penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus.
Sedangkan di waktu senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil
mendirikan perguruan silat yang diberi nama SH Pencak Spor Club.
Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya Madiun Jawa Timur, kendati tidak
berjalan lama karena tercium Belanda dan dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi
malah semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian
hari kian bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi
Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam
dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata “Pencak” hingga
tinggal “SH Sport Club”. Rupanya nasib baik berpihak kepada Ki Hadjar.
Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda membiarkan
kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid
pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini,
Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang,
Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.
Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan
tahun, murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini
digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang
penjajah Belanda. Sayang, pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin
menggelegak. Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib
yang ditahan di penjara untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya
sebelum berhasil, lagi-lagi Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan
pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah ke penjara Cipinang dan seterusnya
dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera. Ki Hadjar baru bisa
menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di penjara dan
kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan
kembali ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan
lagi. Dengan tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan
sayapnya. Memasuki tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke
Indonesia SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi “SH Terate”. Konon
nama ini diambil setelah Ki Hadjar mempertimbangkan inisiatif dari salah
seorang muridnya Soeratno Soerengpati. Beliau merupakan salah seorang
tokoh Indonesia Muda.
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai
berkembang merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai
dikenal oleh masyarakat luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti.
Proklamasi kemerdekaan RI yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam
tempo singkat telah membawa perubahan besar dalam segala aspek
kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk bertindak dan
berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta saudara
seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm
Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang
cukup bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus
“Perguruan Pencak Silat” dirubah menjadi organisasi “Persaudaraan Setia
Hati Terate”. Selanjutnya Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya
dan Darsono menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka
ketuanya diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo
Oetomo adalah seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari
pemerintah Pusat dan ditetapkan sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan”
atas jasa-jasa beliau dalam perjuangan menentang penjajah Belanda.
NOGO SEKTI:::::::SEJARAH BELADIRI
INFORMASI BELADIRI DIDUNIA
Senin, 04 Juli 2016
SILAT HASDI
Keluarga HASDI atau Himpunan Anggota Silat
Dasar Indonesia didirikan di Jember – Jawa Timur- Indonesia, pada
tanggal 14 April 1961 oleh Bpk. R.S. Hasdijatmiko di usia 21 tahun
(lahir pada tanggal 14 April 1940 dan wafat pada 10 Nopember 1999). Pak
Hasdi, demikian biasa beliau dipanggil, juga dipercaya menjadi Ketua
IPSI se-ex Karesidenan Besuki . Berarti di usia yang masih belia yaitu
21 tahun beliau telah dikenal dedikasi dan kemampuannya dalam membawa
IPSI dan mengajak Perguruan Silat untuk mau menjadi anggota IPSI (karena
pada saat itu banyak perguruan silat yang tidak mau menjadi anggota
IPSI). Amanat yang diemban beliau untuk memimpin IPSI se-ex Karesidenan
Besuki sampai pada tahun 1975(14 tahun). Dan Sebagai Ketua IPSI
Kabupaten Jember mulai tahun 1979 sampai 1989 (10 tahun). Mungkin
sebuah rekor tersendiri, usia belia (21 th) dan terlama (24 th).
Selama menjadi Ketua IPSI salah satu yang sampai sekarang tetap di jalankan atas ide dan inisiatif beliau adalah long march th.1969 Jember-Tanggul-Jember oleh 13 Perguruan Silat plus SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani, yang waktu itu pelatih silatnya adalah mas Budi Supriyanto). Long march ini adalah cikal bakal diadakannya Gerak Jalan Tajemtra (Tanggul Jember Tradisional) yang pada waktu itu bupatinya Bapak Abdul Hadi dan Ketua KONI Bapak Abdul Rajak. 1971 diresmikan Tajemtra oleh Bupati Abdul Hadi, 1972 menjadi Tajemtra 'Mahmudi Cup' (nama korban yang tewas dalam tajemtra).
Tehnik – tehnik Silat Keluarga HASDI bersumber dari Bapak RS Hasdijatmiko sendiri yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan beliau. Bukan merupakan penggabungan dari berbagai aliran seperti yang dilakukan beberapa Perguruan Silat lainnya sehingga dapat dikatakan Tehnik- tehnik Keluarga HASDI asli atau orisinil, ditujukan untuk kepentingan mem-Bela Diri demi Ibadah. Ragam Tehnik Silat Keluarga HASDI tersusun secara terarah dan sistematis (terdapat di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), tangan kosong maupun bersenjata;
1. Silat Dasar Raja (Kong Pe),
2. Silat Dasar Putri,
3. Silat Dasar Merak,
4. Silat Dasar Garuda,
5. Silat Dasar Bangau,
6. Silat Dasar Harimau,
7. Silat Dasar Bima Sakti,
8. Silat Dasar Mliwis,
9. Silat Dasar Katak (Homokang),
10. Silat Dasar Lebah Hitam,
11. Silat Dasar Teratai,
12. Silat Dasar Pendeta,
13. Silat Dasar Naga (Han Liong),
14. Silat Dasar Yang Liu
15. Silat Dasar Kong Ciak
16. Dan Gerak – gerak Silat Berpasangan
Selain Tehnik Silat, di Keluarga HASDI juga dipelajari Tehnik Pernapasan. Dalam kurun waktu tertentu diadakan ujian kenaikan tingkat.
Dalam melakukan pengembangan Perguruan, Keluarga HASDI terbilang sangat selektif . Penguasaan Tehnik Gerak Silat menjadi salah satu unsur utama yang dijadikan dasar pemilihannya. Karena penguasaan Tehnik Gerak Silat adalah sarana untuk menjaga pakem atau keaslian. Mas Budi Supriyanto diberi kepercayaan untuk membuka Cabang Keluarga HASDI di Gresik pada tahun 1971 (sekarang dipimpin oleh Mas Ainul Musyafak sebagai Ketua Cabang) dilanjutkan di Tuban pada tahun 1992 (sekarang dipimpin oleh Mas Muchibin sebagai Ketua Cabang), di Yogyakarta tahun 1990 oleh Haris Subrata, dan Surabaya tahun 1994 oleh Age Priambodo sekaligus sebagai Ketua Cabangnya. Selepas wafatnya Guru dan Pendiri (10 Nopember 1999) di Jember diteruskan oleh Bagus Djati Santigi (putra Pak Hasdi) sebagai Ketua Umum Pusat. Generasi kedua inilah yang sekarang mewarisi amanah dan semua pakem tehnik silat Keluarga HASDI.
Selama menjadi Ketua IPSI salah satu yang sampai sekarang tetap di jalankan atas ide dan inisiatif beliau adalah long march th.1969 Jember-Tanggul-Jember oleh 13 Perguruan Silat plus SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani, yang waktu itu pelatih silatnya adalah mas Budi Supriyanto). Long march ini adalah cikal bakal diadakannya Gerak Jalan Tajemtra (Tanggul Jember Tradisional) yang pada waktu itu bupatinya Bapak Abdul Hadi dan Ketua KONI Bapak Abdul Rajak. 1971 diresmikan Tajemtra oleh Bupati Abdul Hadi, 1972 menjadi Tajemtra 'Mahmudi Cup' (nama korban yang tewas dalam tajemtra).
Tehnik – tehnik Silat Keluarga HASDI bersumber dari Bapak RS Hasdijatmiko sendiri yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan beliau. Bukan merupakan penggabungan dari berbagai aliran seperti yang dilakukan beberapa Perguruan Silat lainnya sehingga dapat dikatakan Tehnik- tehnik Keluarga HASDI asli atau orisinil, ditujukan untuk kepentingan mem-Bela Diri demi Ibadah. Ragam Tehnik Silat Keluarga HASDI tersusun secara terarah dan sistematis (terdapat di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), tangan kosong maupun bersenjata;
1. Silat Dasar Raja (Kong Pe),
2. Silat Dasar Putri,
3. Silat Dasar Merak,
4. Silat Dasar Garuda,
5. Silat Dasar Bangau,
6. Silat Dasar Harimau,
7. Silat Dasar Bima Sakti,
8. Silat Dasar Mliwis,
9. Silat Dasar Katak (Homokang),
10. Silat Dasar Lebah Hitam,
11. Silat Dasar Teratai,
12. Silat Dasar Pendeta,
13. Silat Dasar Naga (Han Liong),
14. Silat Dasar Yang Liu
15. Silat Dasar Kong Ciak
16. Dan Gerak – gerak Silat Berpasangan
Selain Tehnik Silat, di Keluarga HASDI juga dipelajari Tehnik Pernapasan. Dalam kurun waktu tertentu diadakan ujian kenaikan tingkat.
Dalam melakukan pengembangan Perguruan, Keluarga HASDI terbilang sangat selektif . Penguasaan Tehnik Gerak Silat menjadi salah satu unsur utama yang dijadikan dasar pemilihannya. Karena penguasaan Tehnik Gerak Silat adalah sarana untuk menjaga pakem atau keaslian. Mas Budi Supriyanto diberi kepercayaan untuk membuka Cabang Keluarga HASDI di Gresik pada tahun 1971 (sekarang dipimpin oleh Mas Ainul Musyafak sebagai Ketua Cabang) dilanjutkan di Tuban pada tahun 1992 (sekarang dipimpin oleh Mas Muchibin sebagai Ketua Cabang), di Yogyakarta tahun 1990 oleh Haris Subrata, dan Surabaya tahun 1994 oleh Age Priambodo sekaligus sebagai Ketua Cabangnya. Selepas wafatnya Guru dan Pendiri (10 Nopember 1999) di Jember diteruskan oleh Bagus Djati Santigi (putra Pak Hasdi) sebagai Ketua Umum Pusat. Generasi kedua inilah yang sekarang mewarisi amanah dan semua pakem tehnik silat Keluarga HASDI.
SILAT KIJANG BERANTAI
Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai, didirikan Almarhum Hj Djanuardi
Bin.Alm HJ Alwi di Kampung Dagang, bagian timur Kota Sambas pada tahun
1976. Dengan tekad serta perjuangan yang pantang menyerah dilakukan oleh
Almarhum Djanuardi Hj. Alwi dari hari ke hari semakin maju dan
berkembang pesat, bukan sekedar di Kota Sambas saja, akan tetapi
melebarkan sayap kemajuannya hingga Kota Pontianak, tepatnya di Gang
Jeruk No. 48.
Karena banyaknya peminat kalangan pemuda maupun pemudi dewasa untuk mendapat serta mendalami ilmu bela diri khusus di Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai ini kian hari semakin dikagumi oleh wisatawan manca negara seperti Amerika dan Khanada. Karna tingginya minat akan ilmu pencak silat maka ketiga orang asing tadi siap menuruti seluruh peraturan perguruan yang pada waktu itu sebagai guru besarnya Almarhum Djanuardi Bin Alm Hj Alwi semakin harum atas kiprah Hj Emi Faisal S.Sos dan Dicky Agustion AMd serta beberapa pelatih yang lain.
Kijang Berantai terkenal awal mulanya di Kampung Dagang atas perjuangan Hj Emi Faisal S.Sos sebagai Maha Guru terus diwakili oleh Dicky Agustion AMd termasuk kiprah besar sang pelatih, Safransyah (Jhon) dari Kota Sambas sampai Kota Pontianak termasuk kota-kota besar lainnya telah menyebar dengan pesat Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai seni beladiri warisan nenek moyang dari negeri Indonesia sendiri hingga kini merambah di Kabupaten Sanggau masuk ke Kecamatan Sekayam Februari 2010, yang mempunyai murid Khususnya di Kecamatan Sekayam 115 orang murid.
Itulah jumlah sementara murid laki-laki dewasa dan perempuan dewasa sampai anak-anak yang diperkirakan usia sembilan tahun lebih ke bawah. Tujuan didirikan perguruan ini intinya menghidupkan semangat jiwa kesatria Alm Bapak Hj Djaduardi Hj Alwi. “Maka kami sebagai murid-murid berlapang dada untuk menyebarkan ajaran beliau dalam rangka balas budi terhadap guru besar tersebut. Adapun moto perguruan Kijang Berantai ini setapak kaki maju ke depan pantang surut ke belakang Pencak Silat Budayaku Sekayam Tumpah Darahku Kijang Berantai Perguruanku.
Karena banyaknya peminat kalangan pemuda maupun pemudi dewasa untuk mendapat serta mendalami ilmu bela diri khusus di Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai ini kian hari semakin dikagumi oleh wisatawan manca negara seperti Amerika dan Khanada. Karna tingginya minat akan ilmu pencak silat maka ketiga orang asing tadi siap menuruti seluruh peraturan perguruan yang pada waktu itu sebagai guru besarnya Almarhum Djanuardi Bin Alm Hj Alwi semakin harum atas kiprah Hj Emi Faisal S.Sos dan Dicky Agustion AMd serta beberapa pelatih yang lain.
Kijang Berantai terkenal awal mulanya di Kampung Dagang atas perjuangan Hj Emi Faisal S.Sos sebagai Maha Guru terus diwakili oleh Dicky Agustion AMd termasuk kiprah besar sang pelatih, Safransyah (Jhon) dari Kota Sambas sampai Kota Pontianak termasuk kota-kota besar lainnya telah menyebar dengan pesat Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai seni beladiri warisan nenek moyang dari negeri Indonesia sendiri hingga kini merambah di Kabupaten Sanggau masuk ke Kecamatan Sekayam Februari 2010, yang mempunyai murid Khususnya di Kecamatan Sekayam 115 orang murid.
Itulah jumlah sementara murid laki-laki dewasa dan perempuan dewasa sampai anak-anak yang diperkirakan usia sembilan tahun lebih ke bawah. Tujuan didirikan perguruan ini intinya menghidupkan semangat jiwa kesatria Alm Bapak Hj Djaduardi Hj Alwi. “Maka kami sebagai murid-murid berlapang dada untuk menyebarkan ajaran beliau dalam rangka balas budi terhadap guru besar tersebut. Adapun moto perguruan Kijang Berantai ini setapak kaki maju ke depan pantang surut ke belakang Pencak Silat Budayaku Sekayam Tumpah Darahku Kijang Berantai Perguruanku.
PENCAK SILAT PAMUR
PAMUR berdiri dilatar belakangi oleh berbagai faktor yang berkembang
di masyarakat Madura pada tahun 1950.
Salah satu faktor mendasar mendorong berdirinya PAMUR adalah banyaknya aliran pencak silat yang berkembang di masyarakat, antara lain Bawean, Melayu, Minangkabau, Cimande dan lain-lain. Beraneka ragamnya aliran ini disebabkan karena pada umumnya masyarakat Madura memiliki kegemaran bertualang keluar daerah dan selalu mempelajari aliran pencak silat daerah tempatan. Sekembalinya dari perantauan di daerah masing-masing mereka membuka pelatihan . Mempertahankan diri adalah bagian dari budaya untuk mengantisipasi tradisi "carok" oleh karena itu pencak silat tumbuh subur dan berkembang, mengakibatkan terjadinya persaingan kurang sehat antar perguruan. Perselihan dengan adu kekuatan menjadi warna warni perkembangan pencak silat di pulau garam ini.
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap berdirinya PAMUR adalah adanya keinginan dari para tokoh dan pendekar pencak silat agar Madura mempunyai satu bentuk permainan yang beciri khas Madura dan memiliki tehnik beladiri yang sophisticated dari pada aliran pencak silat yang ada di Madura. Harapan dengan bentuk garapan baru dapat menandingi dan mengalahkan permainan pencak silat yang ada yang sekaligus dapat mengatasi pula berbagai perselisihan di antara perguruan pencak silat yang mempunyai aliran beraneka ragam.
Berlandaskan cita-cita tersebut diatas maka pada tanggal 31 Desember 1951 didirikanlah pergruan pencak silat yang diberinamakan "Angkatan Muda Rasio oleh R. HASAN HABUDIN di Pamekasan Madura.
Pendiri PAMUR ini adalah pendekar besar dan berbakat, sejak usia muda 7 tahun menekuni pelajaran pencak silat dari berbagai macam permaian. Pada tahun 1941 sampai dengan 1951 mencoba memadukan dan menciptakan jurus. Semenjak itu upaya menginfetarisasi dan pembakukan dilakukan, yang kini menjadi materi baku jurus pencak silat PAMUR.
Ciri-ciri permaian PAMUR:
- Gerakan perminan berada dalam posisi menengah
- Banyak meperkuat kuda-kuda, terutama kuda-kuda pasif
- Mengurangi gerakan khayal
- Mementingkan rasio atau akal pikiran
- Progresif
Sejak berdirinya PAMUR membentuk organisasi yang pertama di ketuai oleh Bp. R.Mahmud Sosro Adipoetro ex Pembantu Gubenur Madura, dikarenakankesibukannya fungsi ketua facum dan di rangkap oleh Bp.R.Hasan Habudin selaku guru besar.
Semenjak 17 Nopember 1992 jabatan Ketua Dewan Pengurus Pusat dipimpin oleh Bp.Drs.H.Sjafiudin.
Sejak berdirinya hingga kini PAMUR yang identik dengan pencak silatnya suku Madura, berhasil membuat kurikulum tehnik yang sudah diajarkan di AKABRI Magelang, SMA Nusantara Magelang, dll. Pada saat ini PAMUR telah tersebar keseluruh penjuru tanah air, di mancanegara berkembang pesat di Belanda dan Belgia.
KANDUNGAN ASPEK PERGURUAN
Memberikan pelajaran pencak silat secara utuh berawal pada tingkat pencak silat seni, beladiri, olahraga dan mental spirituil.
METODE PELATIHAN
Pelatihan meliputi: huruf, isi dan pelengkap.
a. Metode huruf terdiri dari:
1. Jurus tangan, tongkat, pedang dan pecut
2. Ales
3. Masukan
4. Harimau
b. Metode isi terdiri dari:
1. Tangkapan
2. Sambut Pukul
3. Timbalan
4. Pembasmian
c. Metode pelengkap terdiri dari:
1. Patigaman
2. Bunuh diri
3. Coba bunuh
JURUS JURUS
a. Jenis Jurus
1. Dua belas jurus tangan
2. Dua belas jurus tongkat
3. Dua belas jurus pedang
4. Dua belas jurus pecut
b. GERAKAN DASAR
1. Gerak-gerak pendahuluan
2. Macam-macam anfal
3. Gerak masal
Dan banyak lagi gerakan dan jurus jurus gerakan yang dapat diubah dan tidak dapat diubah
TINGKATAN SABUK
Tingkatan sabuk yang disahkan pada tahun 1965 sebagai berikut:
a. Dasar /calon anggota
b. Warna putih pemula dengan hak belajar
c. Warna kuning/taruna I dan II dengan hak peraga
d. Warna merah /taruna III dengan hak praktek terpimpin
e. Warna Hijau /madya dengan hak praktek
f. Warna biru/ dewasa dengan hak mengajar dasar putih
g. Warna hitam putih/wredha I dengan hak mengajar taruna I,II dan III
h. Warna hitam-kuning /wredha II dengan hak kontrol
I. Warna hitam-merah/wredha III dengan hak kontrol
J. Warna hitam-hijau /wredha IV dengan hak cipta
k. Warna hitam-biru/pendekar madya dengan hak musyawarah
l. Warna hitam/pendekar dengan hak memutuskan
m. Warna putih kabur/pendekar tunggal
Kenaikan tingkat dapat dilakukan setiap enam bulan sekali, apabila mampu.
LAMBANG PERGURUAN
Lambang di ciptakan oleh pendiri pada tahun 1952 dengan rincian sebagai berikut:
Bentuk daun dengan rincian:
a. dasar hijau
b.keris luk lima
c. sebelah kanan terdapat padi berjumlah 17 butir
d. sebelah kiri terdapat kapas berjumlah delapan
e. padi dan kapas diikat oleh pita merah.
PEDOMAN PERGURUAN
a. Mendidik manusia ber Pancasila sejati
b. Mendidik manusia bersifat kesatria
c. mendidik manusia patuh pada catur sakti yaitu: Ibu ,Bapak Guru dan Ratu(Pemerintah)
BUKU YANG SUDAH DICETAK
a. Sejarah PAMUR
b. Metode mengajar
c. Kurikulum PAMUR
d. Jurus Tangan
e. Jurus Tongkat
f. Ales
g. Masukan
h. Sembah dan hormat PAMUR.
Salah satu faktor mendasar mendorong berdirinya PAMUR adalah banyaknya aliran pencak silat yang berkembang di masyarakat, antara lain Bawean, Melayu, Minangkabau, Cimande dan lain-lain. Beraneka ragamnya aliran ini disebabkan karena pada umumnya masyarakat Madura memiliki kegemaran bertualang keluar daerah dan selalu mempelajari aliran pencak silat daerah tempatan. Sekembalinya dari perantauan di daerah masing-masing mereka membuka pelatihan . Mempertahankan diri adalah bagian dari budaya untuk mengantisipasi tradisi "carok" oleh karena itu pencak silat tumbuh subur dan berkembang, mengakibatkan terjadinya persaingan kurang sehat antar perguruan. Perselihan dengan adu kekuatan menjadi warna warni perkembangan pencak silat di pulau garam ini.
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap berdirinya PAMUR adalah adanya keinginan dari para tokoh dan pendekar pencak silat agar Madura mempunyai satu bentuk permainan yang beciri khas Madura dan memiliki tehnik beladiri yang sophisticated dari pada aliran pencak silat yang ada di Madura. Harapan dengan bentuk garapan baru dapat menandingi dan mengalahkan permainan pencak silat yang ada yang sekaligus dapat mengatasi pula berbagai perselisihan di antara perguruan pencak silat yang mempunyai aliran beraneka ragam.
Berlandaskan cita-cita tersebut diatas maka pada tanggal 31 Desember 1951 didirikanlah pergruan pencak silat yang diberinamakan "Angkatan Muda Rasio oleh R. HASAN HABUDIN di Pamekasan Madura.
Pendiri PAMUR ini adalah pendekar besar dan berbakat, sejak usia muda 7 tahun menekuni pelajaran pencak silat dari berbagai macam permaian. Pada tahun 1941 sampai dengan 1951 mencoba memadukan dan menciptakan jurus. Semenjak itu upaya menginfetarisasi dan pembakukan dilakukan, yang kini menjadi materi baku jurus pencak silat PAMUR.
Ciri-ciri permaian PAMUR:
- Gerakan perminan berada dalam posisi menengah
- Banyak meperkuat kuda-kuda, terutama kuda-kuda pasif
- Mengurangi gerakan khayal
- Mementingkan rasio atau akal pikiran
- Progresif
Sejak berdirinya PAMUR membentuk organisasi yang pertama di ketuai oleh Bp. R.Mahmud Sosro Adipoetro ex Pembantu Gubenur Madura, dikarenakankesibukannya fungsi ketua facum dan di rangkap oleh Bp.R.Hasan Habudin selaku guru besar.
Semenjak 17 Nopember 1992 jabatan Ketua Dewan Pengurus Pusat dipimpin oleh Bp.Drs.H.Sjafiudin.
Sejak berdirinya hingga kini PAMUR yang identik dengan pencak silatnya suku Madura, berhasil membuat kurikulum tehnik yang sudah diajarkan di AKABRI Magelang, SMA Nusantara Magelang, dll. Pada saat ini PAMUR telah tersebar keseluruh penjuru tanah air, di mancanegara berkembang pesat di Belanda dan Belgia.
KANDUNGAN ASPEK PERGURUAN
Memberikan pelajaran pencak silat secara utuh berawal pada tingkat pencak silat seni, beladiri, olahraga dan mental spirituil.
METODE PELATIHAN
Pelatihan meliputi: huruf, isi dan pelengkap.
a. Metode huruf terdiri dari:
1. Jurus tangan, tongkat, pedang dan pecut
2. Ales
3. Masukan
4. Harimau
b. Metode isi terdiri dari:
1. Tangkapan
2. Sambut Pukul
3. Timbalan
4. Pembasmian
c. Metode pelengkap terdiri dari:
1. Patigaman
2. Bunuh diri
3. Coba bunuh
JURUS JURUS
a. Jenis Jurus
1. Dua belas jurus tangan
2. Dua belas jurus tongkat
3. Dua belas jurus pedang
4. Dua belas jurus pecut
b. GERAKAN DASAR
1. Gerak-gerak pendahuluan
2. Macam-macam anfal
3. Gerak masal
Dan banyak lagi gerakan dan jurus jurus gerakan yang dapat diubah dan tidak dapat diubah
TINGKATAN SABUK
Tingkatan sabuk yang disahkan pada tahun 1965 sebagai berikut:
a. Dasar /calon anggota
b. Warna putih pemula dengan hak belajar
c. Warna kuning/taruna I dan II dengan hak peraga
d. Warna merah /taruna III dengan hak praktek terpimpin
e. Warna Hijau /madya dengan hak praktek
f. Warna biru/ dewasa dengan hak mengajar dasar putih
g. Warna hitam putih/wredha I dengan hak mengajar taruna I,II dan III
h. Warna hitam-kuning /wredha II dengan hak kontrol
I. Warna hitam-merah/wredha III dengan hak kontrol
J. Warna hitam-hijau /wredha IV dengan hak cipta
k. Warna hitam-biru/pendekar madya dengan hak musyawarah
l. Warna hitam/pendekar dengan hak memutuskan
m. Warna putih kabur/pendekar tunggal
Kenaikan tingkat dapat dilakukan setiap enam bulan sekali, apabila mampu.
LAMBANG PERGURUAN
Lambang di ciptakan oleh pendiri pada tahun 1952 dengan rincian sebagai berikut:
Bentuk daun dengan rincian:
a. dasar hijau
b.keris luk lima
c. sebelah kanan terdapat padi berjumlah 17 butir
d. sebelah kiri terdapat kapas berjumlah delapan
e. padi dan kapas diikat oleh pita merah.
PEDOMAN PERGURUAN
a. Mendidik manusia ber Pancasila sejati
b. Mendidik manusia bersifat kesatria
c. mendidik manusia patuh pada catur sakti yaitu: Ibu ,Bapak Guru dan Ratu(Pemerintah)
BUKU YANG SUDAH DICETAK
a. Sejarah PAMUR
b. Metode mengajar
c. Kurikulum PAMUR
d. Jurus Tangan
e. Jurus Tongkat
f. Ales
g. Masukan
h. Sembah dan hormat PAMUR.
SILAT PERSINAS ASAD


Tentunya dengan adanya postingan ini mudah mudahan akan bisa bermanfaat dan sebagai bahan menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai sejarah Pencak silat.
Adapun konten sejarah pencak silat ini di kutip dari web asad,or,id ok sahabat blog persinas ASAD Bali kita lanjutkan postingan sejarah pencak silat tersebut.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi,
akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini dimungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak,[rujukan?] misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Si Pitung, Hang Tuah dan Gajah Mada.
Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan

Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya. Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini. Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.Perguruan Silat Nasional ASAD berasaskan Pancasila dan UUD 1945 dan bermaksud menghimpun seluruh potensi bangsa yang memiliki persamaan cita-cita, wawasan dan tujuan dalam melestarikan budaya bangsa, khususnya ilmu seni bela diri pencak silat nasional
Bahwa dengan melestarikan ilmu dan seni bela diri pencak silat, berarti melestarikan budaya bangsa, yang merupakan upaya meningkatkan kualitas mental dan fisik bangsa Indonesia, guna mempercepat terwujudnya Tujuan Nasional, dengan motto “Ampuh Sehat Aman Damai”
Persinas Asad PengCab Jakarta Pusat merupakan salah satu cabang perguruan besar Indonesia Persinas Asad yang mewadahi pecinta silat untuk membumikan silat di bumi Nusantara. Bertempat di Padepokan Al-Muflihun Jakarta latihan diselenggarakan setiap selasa dan Jum’at malam, terbuka untuk umum baik anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Dengan moto “Pencak Silat is my life” Persinas Asad JakPus mencoba membangkitkan semangat generasi silat untuk dan melestarikan pencak silat nasional sebagai identitas bangsa sejati disiplin dan santun dalam bermasyarakat.berkarakter bangsa, membela kebenaran, dan saling tolong menolong sesama umat manusia serta membumi hanguskan Narkoba di bumi Nusantara
Persinas ASAD merupakan perguruan silat yang dilatarbelakangi oleh beberapa aliran silat di Indonesia, diantaranya adalah:
1. Aliran Cimande, yang berjuluk Cimande Tari Kolot
Aliran silat yang berasal dari tanah Pasundan ini diadopsi oleh Persinas ASAD untuk memperkaya khasanah seni pencak silat di dalamnya. Adapun Persinas ASAD memperoleh ilmu seni beladiri ini dari proses berguru kepada Bapak H. Rachmat Ace Sutisna.
2. Aliran Silat Karawang, yang berjuluk Singa Mogok
Silat asal Karawang – Jawa Barat ini diperoleh dari proses berguru langsung kepada Bapak H. Sulaiman. Tidak banyak diketahui mengenai silsilah ilmu beladiri ini secara lengkap dan jelas.
3. Aliran Silat Indramayu
Silat Indramayu ini pun diperoleh dari proses berguru langsung kepada guru besarnya, yakni Bapak Ahmad. Namun sama halnya dengan Silat Karawang Singa Mogok, kami pun tidak mengetahui secara pasti runutan silsilah beladiri ini.
Untuk menciptakan kaidah seni dan jurus yang baku saat ini, maka dewan guru/pelatih Persinas ASAD meramu atau merumuskan dari apa yang mereka peroleh. Adapun cabang ilmu pencak silat yang berhasil dikumpulkan dan dikolaborasi, dimana selanjutnya menjadi bahan dasar terbentuknya kaidah seni dan jurus Persinas ASAD yang saat ini telah baku, adalah sebagai berikut:
CIMANDE TARI KOLOT (BOGOR)
1. Kelid Duduk (33 jurus)
2. Kelid Berdiri (33 jurus)
3. Pepedangan (17 jurus)
4. Gerakan Seni / Kembangan:
4.1 Tepak Satu;
selancar hiburan/atraksi (angka 8) dan selancar massal.
4.2 Tepak Dua
4.3 Tepak Tiga / Tilu
SILAT KARAWANG SINGA MOGOK (7 jurus)
SILAT INDRAMAYU (9 jurus)
Alhamdulillaah, dari alur silsilah para dewan guru/pelatih Persinas ASAD yang merujuk pada Silat Cimande Tari Kolot ini, menjadikan Persinas ASAD diakui pula sebagai salah satu anggota aliran silat Cimande Tari Kolot – Bogor, dengan urutan silsilah ilmu yang ke-sembilan, sebagai berikut:
Eyang Buyut, sebagai pencipta awal aliran pencak silat Cimande
Diturunkan kepada Eyang Rangga dan Eyang Khoir
Diturunkan dari Eyang Rangga kepada M. Ace Laseha dan M. Karta Singa
Diturunkan dari M. Ace Laseha kepada salah satu anaknya, yakni M. Abdul Somad
Diturunkan dari M. Abdul Somad kepada H. Idris
Diturunkan dari H. Idris kepada Ibu Dedeng Kurnia
Diturunkan dari Ibu Dedeng Kurnia kepada putranya, yakni Bp. Rachmat Ace Sutisna, yang juga menjabat sebagai Ketua Silat Cimande Tari Kolot, Bogor – Jawa Barat
Diturunkan dari Bp. Rachmat Ace Sutisna kepada 8 orang guru/pelatih di jajaran PB Persinas ASAD. Mereka adalah: Agung Sujatmiko, Supriyatna, Ahmad Bachtiar Mukti, Susilo Edi, Sulthon Aulia, Poyo Wiyanto, Yusuf Wibisono, dan Antong Samijo.
Makna Warna Sabuk Persinas ASAD
Tingkat I / Sabuk Putih / Siswa I
Warna putih pada sabuk mempunyai makna lembaran putih dan bersih dengan tulus ikhlas, ridho dan suci. Bagi seorang calon pesilat untuk diberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar tentang ilmu beladiri.
Tingkat II / Sabuk Hijau / Siswa II
Warna hijau pada sabuk memberi makna kedamaian hati setalah diberikan pelajaran dasar tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga memberi keteduhan hati dan bangga dengan ilmu yang dimilikinya.
Tingkat III / Sabuk Hijau Strip Kuning / Asisten Muda
Warna hijau yang memberikan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan serta dipersiapkan untuk menjadi pesilat yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur yang dilambangkan strip kuning pada sabuk.
Tingkat IV / Sabuk Kuning / Asisten Madya
Warna kuning melambangkan keluhuran budi pekerti (akhlaqul karimah) dan keagungan jiwa serta berkualitas, sehingga pesilat makin banyak ilmunya makin berbudi pekerti yang luhur.
Tingkat V / Sabuk Kuning Strip Biru / Asisten Utama
Dengan budi pekerti yang luhur dan keagungan jiwa disertai cita-cita yang luhur, semangat belajar dan tabah dalam menghadapi tantangan yang dilambangkan dengan strip biru pada sabuk.
Tingkat VI / Sabuk Biru / Pelatih Muda
Warna biru melambangkan semangat belajar yang tinggi, dengan percaya diri serta dapat menjaga martabat dan mampu menguasai serta mengendalikan diri walaupun banyak tantangan, rintangan dan halangan.
Tingkat VII / Sabuk Biru Strip Coklat / Pelatih Madya
Dengan semangat dan cita-cita yang tinggi menjadikan percaya diri, selalu menegakkan kebenaran, kejujuran dan menghormati sesama insan.
Tingkat VIII / Sabuk Coklat / Pelatih Utama
Warna coklat tua melambangkan sikap damai, bersahabat, selalu rendah hati dan senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Tingkat IX / Sabuk Coklat Bintang Merah 1 / Guru Muda
Bersikap damai dan bersahabat, ramah dan sopan, senantiasa menegakkan kebenaran.
Tingkat X / Sabuk Coklat Bintang Merah 2 / Guru Madya
Senantiasa mengupayakan perdamaian dan persahabatan dengan sesame. Keramahan dan kesopanan ditingkatkan, dengan keberanian yang tinggi membela kebenaran.
Tingkat XI / Sabuk Merah / Guru Utama
Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan.
Tingkat XII / Sabuk Merah Garis Tepi Emas / Guru Besar
Berjiwa besar sebagai pendekar, bisa meramut dan membina serta sebagai pengayom.
Prestasi Dunia Persinas Asad Perguruan Silat Nasional (Persinas)
Tingkat I / Sabuk Putih / Siswa I
Warna putih pada sabuk mempunyai makna lembaran putih dan bersih dengan tulus ikhlas, ridho dan suci. Bagi seorang calon pesilat untuk diberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar tentang ilmu beladiri.
Tingkat II / Sabuk Hijau / Siswa II
Warna hijau pada sabuk memberi makna kedamaian hati setalah diberikan pelajaran dasar tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga memberi keteduhan hati dan bangga dengan ilmu yang dimilikinya.
Tingkat III / Sabuk Hijau Strip Kuning / Asisten Muda
Warna hijau yang memberikan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan serta dipersiapkan untuk menjadi pesilat yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur yang dilambangkan strip kuning pada sabuk.
Tingkat IV / Sabuk Kuning / Asisten Madya
Warna kuning melambangkan keluhuran budi pekerti (akhlaqul karimah) dan keagungan jiwa serta berkualitas, sehingga pesilat makin banyak ilmunya makin berbudi pekerti yang luhur.
Tingkat V / Sabuk Kuning Strip Biru / Asisten Utama
Dengan budi pekerti yang luhur dan keagungan jiwa disertai cita-cita yang luhur, semangat belajar dan tabah dalam menghadapi tantangan yang dilambangkan dengan strip biru pada sabuk.
Tingkat VI / Sabuk Biru / Pelatih Muda
Warna biru melambangkan semangat belajar yang tinggi, dengan percaya diri serta dapat menjaga martabat dan mampu menguasai serta mengendalikan diri walaupun banyak tantangan, rintangan dan halangan.
Tingkat VII / Sabuk Biru Strip Coklat / Pelatih Madya
Dengan semangat dan cita-cita yang tinggi menjadikan percaya diri, selalu menegakkan kebenaran, kejujuran dan menghormati sesama insan.
Tingkat VIII / Sabuk Coklat / Pelatih Utama
Warna coklat tua melambangkan sikap damai, bersahabat, selalu rendah hati dan senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Tingkat IX / Sabuk Coklat Bintang Merah 1 / Guru Muda
Bersikap damai dan bersahabat, ramah dan sopan, senantiasa menegakkan kebenaran.
Tingkat X / Sabuk Coklat Bintang Merah 2 / Guru Madya
Senantiasa mengupayakan perdamaian dan persahabatan dengan sesame. Keramahan dan kesopanan ditingkatkan, dengan keberanian yang tinggi membela kebenaran.
Tingkat XI / Sabuk Merah / Guru Utama
Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran, berjiwa besar, mawas diri, pemaaf dan mengutamakan kepentingan umum dan dapat menjadi panutan.
Tingkat XII / Sabuk Merah Garis Tepi Emas / Guru Besar
Berjiwa besar sebagai pendekar, bisa meramut dan membina serta sebagai pengayom.
Prestasi Dunia Persinas Asad Perguruan Silat Nasional (Persinas)
Asad yang mewakili Indonesia meraih prestasi membanggakan di Festival
Beladiri Dunia Chungju World Martial Arts Festival di Chungju Korea
Selatan. Persinas Asad meraih prestasi tiga besar peserta terbaik dengan
predikat luar biasa (outstanding performance) bersama peserta dari
Jepang dan Cina. Persinas Asad ditunjuk PB IPSI mewakili Indonesia
bersama perguruan silat Joko Tole Madura dan perguruan Pamor Pamekasan.
Persinas Asad sendiri diwakili oleh Pengda Persinas Jawa Barat yang
kemudian memberangkatkan lima pendekarnya dari Bandung. Tiga pendekar
masih duduk di bangku SMP dan dua lainnnya seusia SMK. Chungju World
Martial Arts Festival adalah festival bela diri se-dunia yang diadakan
setiap 10 tahun sekali. Dimana, dari berbagai negara akan menampilkan
ciri khas bela diri masing-masing. Misalnya, Indonesia dengan pencak
silat, China dengan Wushu, Korea dengan Taekkyeon, Canada dengan Oki Chi
Taw serta Australia dengan Tai-Kin-Jeri. PB IPSI sendiri telah
mengikuti festival bela diri dunia sejak World Martial Arts Union
(WOMAU) digelar kali pertama. Festival tersebut selalu mengundang 56
aliran bela diri dari 45 negara yang berasal dari 5 benua.Untuk festival
beladiri Chungju Martial Arts ke 11 ini diadakan di Chungju Tangeumdae
UN Peace Park dimulai dari 2 Oktober sampai 8 Oktober 2008. Festival
diikuti 28 negara yang terdiri dari 51 tim dengan jumlah pendekar
sebanyak 1210.
ARTI DAN MAKNA LAMBANG
Arti dan makna Lambang Berdasarkan Lampiran No.1 P.O. No.31/Kep/Pengnas-ASAD/X/99 Tanggal 20 Oktober 1999.
Lambang Perguruan Silat Nasional ASAD
1. Pedang bermata dua berarti ilmu dunia dan akhirat yang selalu diasah untuk menjaga ketajamannya;
2. Pedang berdiri tegak menembus lngkaran merah putih menunjukan tekad yang kuat untuk memasyarakatkan ilmu seni beladiri Persinas ASAD ke mancanegara;
3. Mata anak panah menunjukan kecepatan dan ketepatan dalam bertindak;
4. Rantai lingkaran bermata lima bermakna keanekaragaman suku bangsa yang berasaskan pancasila;
5. Lingkaran ada 8 (delapan), lima dalam rantai diatas warna dasar putih, satu lingkaran hitam mengelilingi warna dasar putih, dua lingkaran lagi yang menutup lambang, biji kapas ada 17 butir dan padi ada 45 butir, menunjukkan proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945;
6. Padi dan kapas menunjukkan kesejahteraan;
7. Lingkaran hitam melambangkan satu ikatan persaudaraan yang teguh;
8. Lingkaran luar warna merah bermakna fungsi Persinas ASAD sebagai pelindung Ibu Pertiwi Indonesia;
9. Tulisan PERSINAS ASAD berarti Perguruan Silat Nasional yang Ampuh, Sehat, Aman dan Damai;
10. Warna Hitam melambangkan keteguhan hati, sabar, tabah, tangguh serta tak pandang bulu;
11. Warna Kuning melambangkan keluhuran budi pekerti dan keagungan jiwa;
12. Warna Hijau melambangkan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan;
13. Warna Merah dan Putih merupakan lambang Bangsa Indonesia;
14. Warna Merah melambangkan keberanian dalam membela kebenaran;
15. Warna Putih melambangkan kesucian hati, ridlo dan tulus ikhlas.
PENCAK SILAT NAHDLATUL ULAMA' PAGAR NUSA
Sejak
jaman dahulu, di lingkungan Pesantren NU, terdapat banyak sekali
aliran silat; baik aliran silat
yang ada di Jawa timur, Jawa barat, Jawa tengah, Banten, silat Betawi, silek Minang, silat Mandar, Silat Mataram, dan lain lain.
Karena beragamnya aliran silat tersebut maka dibentuklah PAGAR NUSA sebagai wadah perkumpulan perguruan
pencak silat dibawah
naungan NU.
Wadah ini tetap membuka
keragaman dan memberi keluasaan pada tiap-tiap perguruan untuk mengembangkan
diri dan
mempertahankan cirri khasnya masing-masing. Artinya walaupun ada
perbedaan namun tetap satu saudara. Maka tak heran jika sekarang
ini kita mengenal ada: Pagar Nusa Gasmi,
Pagar Nusa Batara Perkasa, Pagar Nusa Satria Perkasa Sejati (Saperti), Pagar
Nusa Nurul Huda Pertahanan Kalimah Syahadat (NH Perkasa), Pagar Nusa Cimande
Kombinasi, Pagar Nusa Sakerah, Pagar Nusa Tegal Istigfar, Pagar Nusa JPC, Pagar
Nusa Bintang Sembilan, Pagar Nusa Sapu Jagad, dll.
1.
Gus Maksum dan Berdirinya GASMI
Rasa keprihatinan Gus Maksum
atas berkembangnya konflik dimasyarakat antara kaum muslim dan golongan
komunis, mendorong beliau melakukan training-training pencak silat. Kegiatan
ini dilakukan dengan harapan bisa menjadi bekal bagi masyarakat terhadap
ancaman teror dari PKI yang semakin brutal. Seiring waktu, berbagai kelompok training
pencak silat tersebut disatukan dalam sebuah perguruan yang diberi nama GASMI (Gerakan
Aksi Silat Muslimin Indonesia).
GASMI resmi berdiri di Pondok pesantren Lirboyo pada tanggal 11 Januari 1966.
Gasmi berdiri sebagai tandingan atas berkembangnya
LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang
bergerak dibawah naungan PKI (Partai Komunis Indonesia). Gus Maksum memandang ini penting karena LEKRA adalah otak dibalik setiap
aksi provokasi, sabotase, teror dan hal-hal
yang meresahkan masyarakat lainnya. Menghadapi aksi LEKRA ini, beliau mengatakan “Ada Aksi ada Reaksi. LEKRA beraksi
GASMI Bereaksi, Amar ma’ruf nahi mungkar harus selalu
ditegakan!”.
Bentuk-bentuk perjuangan Gasmi pada periode awal
diantaranya adalah dakwah menguasai
masjid-masjid dengan latihan-latihan silat dan pengajian yang dikemas dalam
latihan silat, mengadakan berbagai “Open Bar” atau “Pencak Dor”, yaitu sebuah
panggung terbuka setinggi 2 meter untuk pertandingan beladiri yang melibatkan
berbagai kalangan untuk bertarung secara ‘jantan dan ksatria’, maupun
penanganan secara langsung terhadap “aksi sepihak” yang dilakukan oleh PKI
terhadap masyarakat sipil. Baru setelah situasi keamanan mulai kondusif, pada tanggal 14 januari
1970 GASMI secara resmi didaftarkan pada Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI).
Dari lahirnya GASMI inilah Gus Maksum
kemudian terinspirasi
untuk menyatukan berbagai
macam aliran silat yang ada di NU secara lebih luas lagi. Dimulai dengan merangkul
perguruan silat tradisional lokal eks. Karesidenan Kediri seperti Jiwa Suci milik pesantren Al M’aruf Bandar Lor kediri,
PORSIGAL (Perguruan Olah Raga Silat
Indah Garuda Loncat), sebuah perguruan silat tradisional Blitar, Asta Dahana, sebuah perguruan silat Kediri. dan beberapa
perguruan silat lokal lainnya.
2.
Gagasan PAGAR
NUSA
Disisi lain, pada suatu pertemuan KH. Mustofa
Bisri Rembang menceritakan kepada Prof. Dr. KH. Suharbillah Surabaya tentang semakin
surutnya dunia persilatan di halaman pesantren. Hal ini ditandai dengan
hilangnya peran pesantren sebagai Padepokan Pencak Silat. Sejak jaman walisongo
kyai-kyai pesantren adalah juga pendekar yang mengajarkan ilmu pencak silat
dipesantrennya masing-masing. Namun seiring waktu, kenyataan tersebut mulai
hilang. Terutama disebabkan semakin padatnya jadwal pendidikan pesantren karena
orientasi penerapan standar pendidikan modern.
Padahal diluar pesantren aneka ragam perguruan
silat tumbuh semakin menjamur. Mereka menggunakan pencak silat sebagai misi
pengembangan agama dan kepercayaannya masing-masing. Dan perguruan-perguruan
silat yang sebenarnya bersifat lokal ini, diantara mereka saling merasa paling
kuat. Sehingga tak jarang terjadi bentrokan diantara mereka. Dan yang merasa
kalah kuat akhirnya berguguran dan kemudian hilang dari peredaran. Karena
kenyataan tersebut, KH. Mustofa Bisri kemudian menyarankan KH. Suharbillah
untuk menemui KH. Abdullah Maksum jauhari di Lirboyo Kediri untuk menggagas
persoalan ini.
Kegelisahan serupa juga dirasakan oleh KH. Syansuri
Badawi Tebu Ireng. Beliau menyayangkan maraknya tawuran antar pengikut
perguruan silat yang meresahkan masyarakat, terutama dikawasan kabupaten Jombang
dan sekitarnya. Kemudian Kyai Sansuri berinisiatif menemui PWNU Jawa Timur yang pada waktu itu
diketuai oleh KH. Hasyim Latif untuk menyampaikan masalah di masyarakat
tersebut.
Selanjutnya, KH. Hasyim Latif mengutus sekretaris
PWNU Jawa Timur KH. Ghofar Rahman, Ketua Lembaga Ma’arif KH. Ahmad Buchori Susanto dan Prof. Dr. KH Suharbillah, SH. LLT. untuk menemui KH. Abdullah Maksum Jauhari atau
yang biasa dipanggil Gus Maksum di pesantren Lirboyo Kediri. Dalam pertemuan di Lirboyo ini
disepakati bahwa akan dibentuk sebuah wadah pencak silat yang menaungi seluruh aliran
pencak silat dilingkungan Nahdlatul Ulama. Dan Gus Maksum yang sudah terkenal
sebagai ahlinya pencak silat diminta untuk menjadi ketua umumnya nanti jika
sudah terbentuk wadah tersebut.
Pertemuan berikutnya untuk menggodok
konsep wadah pencak silat NU tersebut berlangsung di Pesantren Tebu Ireng pada
12 Muharram 1406 atau bertepatan dengan 27 september 1985. Pertemuan ini dihadiri beberapa
pendekar antara lain: KH. Abdullah Maksum Jauhari Lirboyo, KH. Abdurahman Ustman Jombang,
KH. Muhajir Kediri, H. Athoillah Surabaya, Drs.Lamro Azhari
Ponorogo, Timbul Jaya Lumajang,
KH. Ahmad Buchori Susanto dan Prof. Dr.
KH Suharbillah, SH. LLT. dan beberapa
pendekar lainnya dari Cirebon, Kalimantan, Pasuruan dan Nganjuk. Pertemuan ini
menghasilkan kesepakatan antara lain :
a. Fatwa Ulama KH.Syansuri
Badawi bahwa,”Pencak Silat
Hukumnya boleh dipelajari asal
dengan tujuan perjuangan”.
b. Dibentuknya suatu Ikatan bersama untuk mempersatukan
berbagai aliran silat dibawah naungan NU.
3.
Berdirinya Pagar
Nusa
Mengacu pada Surat Keputusan
Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat NU yang
disahkan pada 10 Desember 1985 dan berlaku sampai dengan tanggal 15 januari
1986, maka diadakanlah pertemuan lanjutan di pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal
3 Januari 1986. Pertemuan itu dihadiri oleh pendekar-pendekar dari
Ponorogo, Jombang, Kediri, Nganjuk, Pasuruan,
Lumajang, Cirebon dan Kalimantan.
Dan beberapa perwakilan PWNU Jawa Timur
diantaranya KH. Ahmad Bukhori Susanto dan Prof. Dr. KH. Suharbillah, SH. LLT. Musyawarah
di Pesantren Lirboyo ini sekaligus menandai lahirnya Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa. Nama itu diciptakan
oleh KH. Mujib Ridlwan dari Surabaya.
KH. Mujib Ridlwan adalah putra KH. Ridlwan Abdullah pencipta lambang NU.
Sebagai embrio sebelum
terbentuknya kepengurusan nasional, maka dibentuklah susunan kepengurusan
Wilayah Jawa Timur sebagai berikut:
Ketua Umum : KH. Abdullah
Maksum Jauhari
Sekretaris : KH. Drs. Fuad
Anwar
Ketua Harian : KH. Drs.
Abdurrahman Ustman
Ketua I : Prof. Dr.
KH. Suharbillah, SH. LLT
Sekretaris I : Drs. H. Kuncoro
Sekretaris II : Lamro Azhari
4. Terbentuknya Kepengurusan Nasional
Untuk membentuk kepengurusan Pagar Nusa ditingkat
nasional, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuat surat pengantar kesediaan ditunjuk sebagai
pengurus pagar nusa. Surat
pengantar tersebut ditanda tangani oleh Ketua Umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid
dan Rais Aam KH. Ahmad Siddiq. Tanda tangan KH. Ahmad Siddiq ini merupakan
tanda tangan terakhir beliau.
Setelah itu, pada tahun 1989 Musyawarah Nasional I
direncanakan terselenggara di Pesantren Zainul Hasan, Genggong Probolinggo.
Rencana ini mengacu pada surat
kesediaan ditempati yang
di tanda tangani oleh KH. Saifurrizal. Rupanya tanda tangan beliau tersebut
juga tanda tangan yang terakhir. Musyawarah Nasional yang akhirnya
terselenggara pada 1989 diadakan MUNAS Pagar
Nusa yang ke1 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kraksaan,
Probolinggo. Dihadiri pendekar silat NU seluruh Nusantara, Munas
itu mengangkat Langsung KH.M.Abdullah Maksum Jauhari sebagai ketua umum pertama
Pagar Nusa, dan Prof.Dr. H.Suharbillah sebagai ketua Harian dan SekJen H. Kuncoro (H.Masyhur).
5.
Makna dan Peran Pagar Nusa
Pagar Nusa merupakan akronim
dari Pagar
NU dan Bangsa. PSNU Pagar Nusa adalah satu – satunya wadah yang sah
bagi organisasi pencak
silat di lingkungan Nahdlatul Ulama’ berdasarkan keputusan Muktamar. Organisasi
ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama’ yang penyelenggaraan dan
pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga-lembaga
NU lainnya. Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib
dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak
silat atau beladiri lainnya. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak
silat dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari
pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain-lain merupakan bidang garapan bagi
lembaga ini.
6.
Sikap Jati diri Pagar Nusa
Jati diri Pagar Nusa sama dengan jati diri NU itu sendiri, yaitu: 1.
Ukhuwah Pagar Nusa Artinya Persaudaraan tanpa membedakan aliran dan perguruan
silat di Pagar Nusa. Makanya di kenal dengan istilah “Bhineka Tunggal Ika”. Biarpun
berbeda tapi tetap satu juga” berbeda aliran tapi tetap dalam satu ikatan pagar
nusa. 2. Ukhuwah
Nahdliyyah, artinya persaudaraan sesama NU yang tidak
dibatasi oleh perbedaan Partai Politik dan latar belakang sosial. 3. Ukhuwah
Islamiyah, artinya persaudaraan sesama Islam tanpa
dibatasi Perbedaan amaliyah seperti persaudaraan antara NU dan Muhammadiyah. 4.
Ukhuwah Basyariah, artinya persaudaraan
tanpa dibatasi perbedaan Kewarganegaraan atau perbedaan bangsa. 5. Ukhuwah Wathaniyah, artinya persaudaraan
tanpa dibatasi Oleh perbedaan suku atau ras yaitu`”Bhineka Tunggal Ika “
biarpun berbeda tapi tetap satu, bangsa indonesia dan Mempunyai hak dan
kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia . 6. Ukhuwah Insaniyah, artinya memandang semua manusia sama dihadapan
Allah SWT yang membedakan hanyalah ketakwaan saja.
7.
Simbol dan Arti Lambang PAGAR NUSA
a.
Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Rukun
Islam dan Pancasila. Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian
rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan: “Islam
itu didirikan atas lima hal: Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan” (HR Bukhori).
b.
Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva
merupakan lambang dari tiga pola utama cara hidup warga Nahdlatul Ulama, yaitu:
Iman, Islam, Ihsan.
c.
Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan
pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak
lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo, dan juga
idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang
merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini
sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai
kemuliaan. Firman Allah SWT : “Ketika
Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat
sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku”. (QS.Yusuf
: 4). Bintang terbesar
mengisyaratkan adanya keharusan adanya kepemimpinan dalam Islam.
d. Gambar Cabang / Trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas, tepat
dibawah bintang terbesar, merupakan pengakuan sejarah bahwa senjata jenis
inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai
kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ),
Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas
persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama : Barang siapa memisahkan diri dari kelompoknya
akan dimakan srigala.
e.
Bola Dunia tepat di tengah merupakan ciri khas dari
organisasi underbow Nahdlatul Ulama. yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan
oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.
f.
Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA
ILLAA BILLAH
Yang berarti tidak ada yang mengalahkan kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan BA sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum (am) bagi segala bidang kehidupan. Sedangkan secara khusus (khos) dengan mengambil i’tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol tersebut.
Yang berarti tidak ada yang mengalahkan kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan BA sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum (am) bagi segala bidang kehidupan. Sedangkan secara khusus (khos) dengan mengambil i’tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol tersebut.
1) Firman Allah :
a) “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu”
( QS. Ali Imron : 160 ).
b) “Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui
Allah berkata : Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS. Al-Baqarah : 249)
c) “Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah
yang pasti menang”. (QS. Al-Maa-idah : 56).
g.
Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang
secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik
secara materiil (fisik) maupun immateriil (non fisik) dapat disimbolkan dengan
warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak
dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan
warna hijau.
Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi
orang-orang yang memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang
merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :
“Mereka itulah bagi mereka
surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi
dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan
sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang
indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah”. (QS.Kahfi
: 31).
Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan
kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
“Mereka
memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada
mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman
yang bersih”. ( QS Al-Insan 21). 8. Visi dan Misi
1)
Pagar Nusa ber-Aqidah ala
Ahlussunnah wal Jama’ah dengan asas organisasi Pancasila.
2)
Pagar Nusa mengusahakan: Berlakunya
Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan negara kesatuan Republik Indonesia yang
ber-Pancasila.
3)
Pagar Nusa mengusahakan: Pelestarian,
pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual,
maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan
warga bangsa lain pada umumnya.
Keanggotaan
diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu warga Nahdlatul Ulama’
: Mulai kanak – kanak sampai sesepuh (batasan usia). Dari yang belum mengenal
pencak silat sampai yang mahir (batasan kemampuan). Sistem penjenjangan anggota
dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan
Disamping Struktur
kepengurusan, Pagar Nusa memiliki perangkat organisasi yang dibentuk hanya
ditingkat pusat sbb :
1) Dewan Besar Guru
Khos
Yaitu
Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi rujukan
terakhir bagi keputusan-keputusan penting dan merupakan back up utama PSNU Pagar
Nusa.
Dewan
Besar Guru Khos pada periode awal antara lain :
-
KH. ABDULLAH FAQIH
-
KH. HABIB JAKFAR
-
KH. ABDULLAH ABBAS
-
KH. M.A. FU’AD HASYIM
-
KH. HABIB LUTFI
-
KH. MUSLIMIN IMAM PURO
-
KH. SUFYAN
-
KH. KHOTIB UMAR
-
KH. MASDUQI MAHFUDZ
2) Dewan Guru Khos
Dewan
ini terdiri dari Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun
batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan
kesuksesan LPSNU Pagar Nusa.
Dewan
Guru Khos pada periode awal antara lain :
-
KH. R. KHOLIL AS’AD
-
KH. SYAIFUL ISLAM
-
KH. AGUS HALIM
-
KH. SA’DAN MAFTUCH
-
KH. ALY MASHURI
-
KH. ROFI’I
-
KH. ABDULLAH
-
KH. SU’UD IBRAHIM
-
KH. AGUS BUSTOMI
-
KH. NURKHOLIS
3) Dewan Khos
Dewan
ini merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan
merumuskan segala hal yang berkaitan dengan pencak silat dan beladiri untuk
kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional. Dewan ini
juga merupakan back up langsung jembatan penghubung antara orang-orang khusus (khos)
dengan kepengurusan secara operasional.
Dewan
Khos pada periode awal antara lain :
-
PROF. DR. H. SUHAR BILLAH, SH.MBA
-
KH. IMAM FAUZI
-
DRS. H. HUSNAN SANUSI
-
DRS. SUNOTO
-
H. TIMBUL WIJAYA
-
ZAINAL SUWARI
-
KH. KHOIRUL ANAM
-
DRS. MAHSUN
-
KH. SU’UDI BAGIYONO
-
H. AFANDI MAS’UD
-
MUJAHIDIN
4) Pasukan Khos
Adalah orang – orang
khusus yang memiliki keahlian tertentu yang terjun langsung di lapangan.
5) Pasukan Inti (PASTI)
Pasukan ini dibentuk
dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan
keorganisasian dan kemasyarakatan
Langganan:
Postingan (Atom)